“Cerahnya pagi mungkin belum tentu hari ini disambut ceria oleh mentari. Jika hari ini mendung juga belum berarti derasnya hujan akan menghantam bumi. Karena semua telah diatur oleh Sang Maha Pengatur, oleh Sang Maha Pemberi Kepastian, tinggal jalani dan berserah diri.”
Kamis, 5 Nopember 2015 sekitar pukul 03.00 dini hari WIB rombongan mahasiswa fakultas peternakan sudah diharapkan berkumpul di depan ATM Center IPB, Dramaga. Keterbatasan sebagai seorang perempuan untuk menembus gelapnya kebutaan pada waktu tersebut membuat saya meminta bantuan pada beberapa teman yang dapat mengantarkan saya agar dapat berkumpul di tempat tersebut tepat waktu. Setelah meminta beberapa bantuan, rupanya adik tingkat saya di Forces yaitu Oki Setiawan (BDP 50) dapat membantu mengantarkan saya dengan banyaknya barang bawaan yang telah dipersiapkan untuk kebutuhan selama di sana. Bus langsung melaju menuju titik-titik kumpul selanjutnya untuk mengangkut para penumpangnya yang terdiri atas mahasiswa, dosen, serta wakil dekan. Pagi sekali kami telah sampai di bandara internasional, Soekarno-Hatta untuk menunggu keberangkatan pesawat pagi sekitar pukul 08.30 WIB. Ini adalah kali pertama saya naik pesawat, berbagai nasihat dan saran saya iyakan untuk mempersiapkan penerbangan saya seperti makan permen karet, menggunakan earphone untuk meredam tekanan pada gendang telinga, dan membawa kantung plastik untuk preventif jika mengalami mabuk udara. Alhamdulillah saya tidak mengalami semuanya, perjalanan selama 2 jam di dalam pesawat yang saya alami sangat nyaman. Mendapatkan seat di pesawat dengan orang-orang yang menyenangkan, Kak Hevirona Bani Adam (IPTP 48) di sebelah kiri saya dan Kak Bintang Ramadhan (IPTP 48) di sebelah kanan saya. Sesekali Kak Bintang yang berada di dekat jendela menunjukan pemandangan dari atas pada saya dan Kak Hevirona dan mengabadikan pemandangan tersebut lewat bidikan kamera. Tiga target hidup yang pernah saya tulis kini telah tercoret, ke bandara, naik pesawat dan memiliki foto awan dari atas pesawat, sederhana mungkin, namun bagi saya ini suatu peristiwa dalam hidup yang telah saya targetkan sejak jauh-jauh hari.
Hari ke-1
Singkat cerita, kami tiba dengan selamat. Rombongan sebanyak 30 orang yang 22 di antaranya merupakan mahasiswa fakultas peternakan yang terpilih untuk mengemban amanat untuk fakultasnya di negeri jiran. Kami dipandu oleh seorang tour guide yang sangat menyenangkan, Kak Teguh Effendy. Perjalanan kami dimulai dengan mengunjungi pusat pemerintahan Malaysia yaitu Putrajaya sembari hendak melaksanakan shalat dzuhur. Hal unik pertama, untuk memasuki masjid ini jika kita tidak memakai pakaian yang syar’i maka kita harus memakai sebuah pakaian yang telah disediakan oleh pihak masjid khas Malaysia. Seusai melaksanakan shalat dzuhur kami kembali melanjutkan perjalanan, masih di sekitar Putrajaya untuk membidik beberapa potret yang hendak diabadikan, seperti masjid berwarna merah muda yang merupakan salah satu warna kesukaan saya langsung menarik jari saya untuk menekan tombol pada kamera untuk membidiknya. Setelah sore menjelang malam kami dimobilisasi menuju hotel di daerah Bukit Bintang. Sangat beruntung mendapatkan roommates yang karakternya satu frekuensi dengan saya yakni sahabat saya sejak TPB, Rima SH Martin (INTP 49) dan adik tingkat yang saya kenal saat seleksi mahasiswa berprestasi fakultas peternakan, Yuni Nur Raifah (IPTP 50). Oleh karena itu pertemuan ini rasanya dejavu. Perjalanan hari pertama ditutup dengan makan malam di daerah sekitar hotel yang dapat ditempuh dengan berjalan kaki beberapa menit saja. Suasana lampion di malam hari memperindah makan malam kami. Terlepas dari agenda rombongan, malam ini saya mempersiapkan untuk presentasi besok pagi, saya berada pada urutan ke dua untuk presentasi yaitu pukul 08.40 waktu Malaysia. Rasanya tidak karuan, keluarga adalah aktor penting dalam hidup saya, setiap hari sebelum keberangkatan orang tua saya pasti menelepon untuk memberikan semangat, mereka tahu bahwa saya belum tidur hingga larut bahkan dini hari hanya untuk mempersiapkan agar memberikan presentasi yang berkesan. Ketika saya selalu mengatakan takut, maka ayah saya selalu menyarankan saya untuk membaca doa Nabi Musa agar dihilangkan kekakuan lidahnya saat presentasi nanti.
Kembali ke cerita selama di Malaysia, partner penulisan paper saya adalah Satria Maulana (IPTP 49), dan lagi-lagi Allah sangat baik pada saya, saya adalah orang yang sulit bekerja tim jika orang dalam tim saya tidak satu frekuensi dengan saya, dan Bang Satria benar-benar satu frekuensi dengan saya. Hebatnya bisa tetap menjadi partner yang hanya tertawa-tawa ketika tiba-tiba malam itu saya kaku dan blank mengenai materi presentasi, tidak ada marah sama sekali padahal slide pun belum rampung kami buat. Tidak ingin mengecewakan Pak Iyep yang telah meng-handle keberangkatan kami, kami berlatih bergadang hingga pukul 02.30 dini hari waktu Malaysia.
Hari ke-2
Hari ini adalah hari yang paling menegangkan untuk saya. Detak jantung seperti memiliki kendali yang mengecaukan pikiran, namun saya tetap berusaha mengendalikan diri selama perjalanan agar terlihat tetap tenang, padahal doa nabi Musa berulang saya baca untuk meminta pertolongan pada Allah.
“Robbis rohlii shodrii, wa yassirli amrii, wahlul ‘uqdatam mil lisaani yafqohu qoulii”
“Ya rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusannku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku.” (QS. Thoha: 25-28).
Sungguhlah saya sangat mencintai agama saya yang dapat memberikan tuntunan dalam segala ketakutan yang saya hadapi. Hingga hal yang tak tertuga, urutan presentasi saya dipindahkan ke sesi-3, menjadi pukul 14.20 waktu Malaysia, syukur tiada henti, saya dapat mempersiapkan presentasi dengan lebih baik. Tibalah waktu tersebut, pembukaan presentasi dengan sangat baik disampaikan oleh Bang Satria, dan mulailah saya memaparkan ide kami, entahlah selama presentasi rasanya mengalir begitu saja, saya tahu itu semua pemberian Allah.
Hari ke-3
Hari ke-3 merupakan hari bonus bagi kami yang telah menyelesaikan amanat selama di Malaysia. Hari yang isinya adalah explore Malaysia, kami mengunjungi tempat-tempat yang bersifat “is a must” untuk dikunjungi selama di Malaysia, seperti KLCC, galeri Kuala Lumpur, Pasar Seni, dan lainnya.
Hari ke-4
Hari ini adalah hari untuk check-out dari hotel dan kembali menuju negeri tercinta, Indonesia. Tidak dipungkiri bahwa negeri jiran sangatlah indah, namun rasanya hati saya tetap terpaut pada sang ibu pertiwi. Jika di Malaysia sana sangat sulit menemui masjid, maka saya sangat rindu negeri saya yang setiap kampung dapat ditemui masjid, di pinggiran jalan banyak masjid atau pun tempat shalat. Beruntungnya kita yang memiliki negeri yang mempermudah kita untuk berhubungan dengan sang Maha Pencipta kapan saja. Bagaimana pun negara saya, saya tidak menuntut banyak darinya, ditakdirkan bertemu dengan orang-orang baik saja, itu sudah anugerah yang belum bisa saya balas rasa syukurnya pada Indonesia. Mendapatkan pengalaman ke Malaysia equivalen dengan peningkatan rasa syukur menjadi warga negara Indonesia.
“Ask not what your country can do for you, ask what you can do for your country” – John F. Kennedy
Terimakasih Allah, Mamah, Bapak, Widi (my little sister), Departemen INTP, Fapet, dan segenap dosen, serta rekan-rekan semua.
Koleksi foto dapat dilihat di sini.